1.
Rasa
Kualitas air bersih yang baik adalah
tidak berasa. Timbulnya rasa yang menyimpang biasanya disebabkan adanya gas
terlarut misalnya H2S, Organisme hidup misalnya ganggang, adanya
limbah padat dan limbah cair misalnya hasil buangan dari rumah tangga, adanya
organisme pembusuk limbah, dan kemungkinan adanya sisa-sisa bahan yang
digunakan untuk disinfeksi misalnya Chlor
yang masuk ke badan air.
2.
Bau
Kualitas air
bersih yang baik adalah tidak berbau. Bau ini dapat
ditimbulkan oleh benda asing yang masuk ke dalam air, seperti bangkai binatang,
bahan buangan, maupun disebabkan oleh proses penguraian senyawa organik dan
bakteri. Pada peristiwa penguraian senyawa organik yang dilakukan oleh bakteri
tersebut dihasilkan gas-gas berbau menyengat bahkan ada yang beracun seperti H2S,
NH3, dan gas-gas lainnya. Pada peristiwa
penguraian zat organik berakibat meningkatnya penggunaan oksigen terlarut di
air (Biological Oxygen Demand) oleh bakteri, dan mengurangi kandungan
kualitas oksigen terlarut (Disvolved Oxygen) dalam air,
sehingga di dalam air minum tidak ada bau yang merugikan penggunaan air.
3.
Warna
Warna perairan
ditimbulkan oleh adanya bahan organik, dan anorganik
karena keberadaan plankton, humus, dan ion-ion logam (misalnya besi,
dan mangan), serta bahan-bahan lain. Adanya oksida besi menyebabkan air
berwarna kemerahan, sedangkan oksida mangan menyebakan air berwarna kecokelatan
atau kehitaman. Kalsium Karbonat yang berasal dari daerah berkapur menimbulkan
warna hijau pada perairan. Bahan organik misalnya tangin, lignin, dan hasam
humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati,
sehingga menimbulkan warna kecokelatan.
Warna dapat
diamati secara visual (langsung) ataupun diukur berdasarkan skala Platinum
Kobalt (PtCo), dengan membandingkan warna air sampel dan standar warna yang
ditetapkan pemerintah. Standar air yang memiliki kekeruhan rendah biasanya
memiliki warna tampak dan warna sesungguhnya yang sama dengan standar. Ditetapkannya standar warna sebagai
salah satu persyaratan kualitas, diharapkan bahwa semua air minum yang akan
diberikan kepada masyarakat akan dapat langsung diterima oleh masyarakat.
4.
Suhu
Suhu merupakan
salah satu faktor fisik lingkungan yang paling jelas, mudah diukur dan sangat
beragam. Temperatur atau suhu dari air akan menentukan penerimaan (Acceptance)
masyarakat akan air tersebut dan dapat mempengaruhi pula reaksi kimia dalam
pengelolaan, terutama apabila temperatur air sangat tinggi. Selain itu,
temperatur dalam air mempengaruhi langsung toksisitas banyak bahan kimia
pencemar pertumbuhan mikroorganisme dan virus.
Secara umum,
kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan aktivitas secara alamiah
biasanya disebabkan oleh aktivitas penebangan vegetasi disekitar sumber air
tersebut, sehingga menyebabkan banyaknya cahaya matahari yang masuk tersebut
mempengaruhi akuifer yang ada secara langsung atau tidak langsung.
5.
Kekeruhan
Kekeruhan air dapat
ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik. Kekeruhan juga dapat mewakili warna. Air yang keruh,
apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi,
sehingga memberikan warna atau rupa yang berlumpur dan kotor.
bahan-bahan organik yang tersebar secara merata dan partikel-partikel yang
tersuspensi lainnya. Tingkat kekeruhan dipengaruhi oleh pH air. Kekeruhan pada
air minum umumnya telah diupayakan sedemikian rupa sehingga air menjadi jernih.
Air yang keruh
merupakan suatu masalah yang perlu dipertimbangkan dalam penyediaan air minum,
mengingat bahwa kekeruhan tersebut mengurangi
estetika, karena dari
segi estetika kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya pencemaran
melalui buangan dan warna air tergantung pada warna buangan yang memasuki badan
air.
6.
Total Dissolved
Solid (TDS)
Nilai TDS
perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah dan
pengaruh antropogenik (berupa limbah domestik dan industri). Bahan-bahan
terlarut dalam perairan alami tidak bersifat toksin,
akan tetapi jika berlebihan akan meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya
akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke kolam
air dan akhirnya berpengaruh pada proses fotosintesis di perairan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar